Saturday, March 20, 2010

PENJELASAN HADIS ARBAIN KEDUA BELAS

 Meninggalkan Perkara yang Tidak Bermanfaat (1)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:«مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ». حَدِيْثٌ حَسَنٌ, رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَغَيْرُهُ هَكَذَا.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara tanda kebaikan keIslaman seseorang: jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.” (Hadits hasan, diriwayatkan oleh at-Tirmidzi no. 2318 dan yang lainnya)

Derajat Hadits:
Derajat hadits ini adalah hasan lighairihi (Syarh al-Arbain an-Nawawiyah, oleh Syaikh Shalih Alu Syaikh, hal: 80). Sebab meskipun hadits ini menurut ulama ahli ‘ilal (Antara lain Ahmad bin Hanbal, Yahya bin Ma’in dan lain-lain) adalah mursal (Jami’ al-ulum wa al-Hikam, oleh Ibn Rajab, hal 207), akan tetapi ia memiliki syawahid yang cukup banyak dengan redaksi yang  semisal, sehingga menguatkannya dan menjadikannya hasan lighairihi (Lihat takhrij hadits ini dalam Shahih Kitab al-Adzkar wa Dha’ifuhu, 1013/774, 1130/884, 1244/978. Dinukil dari Iqadzu al-Himam al-Muntaqa min Jami’ al Ulum wa al-Hikam, oleh Syaikh Salim al-Hilaly, hal 172)
Biografi Singkat Perawi Hadits (Lihat: Tahdzib al-Kamal fi Asma’ ar-Rijal, oleh al-Mizzy, no: 8276, dan Siyar A’lam an-Nubala’, oleh adz-Dzahaby, II/578-632)
Abu Hurairah bernama Abdurrahman bin Shakhr ad-Dausy, berasal dari negeri Yaman. Beliau merupakan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang paling banyak meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hadits-hadits musnad yang beliau riwayatkan sebanyak 5374 hadits. Banyaknya hadits yang beliau riwayatkan membuat orang-orang orientalis dan antek-anteknya merasa berkepentingan untuk menjatuhkan kedudukan beliau, dengan tujuan agar kaum muslimin kehilangan sebagian besar tuntunan Nabinya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi ulama kita bahu-membahu dalam membantah tuduhan-tuduhan keji mereka, serta menyapu bersih syubhat-syubhat yang mereka lontarkan. Di antara buku-buka yang ditulis dalam hal ini adalah: Al-Anwar al-Kasyifah fi Kitab Adhwa’ ‘ala as-Sunnah min az-Zalal wa at-Tadhlil wa al-Mujazafah (Cahaya yang menyingkap kesalahan, penyesatan dan sikap serampangan dalam kitab Adhwa’ ‘ala as-Sunnah), yang ditulis oleh salah satu ulama besar negeri Yaman; al-’Allamah Abdurrahman bin Yahya al-Mu’allimy (1313-1386 H). Pada tahun 57 H. Abu Hurairah meninggal dunia, dalam usia 78 tahun.
Kedudukan Hadits Ini:
Hadits yang ada di hadapan kita ini merupakan salah satu dasar pokok bidang akhlak dalam agama Islam. Imam Ibnu Abi Zaid al-Qairawany menerangkan, “Adab-adab kebaikan terhimpun dan bersumber dari 4 hadits: hadits “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya berkata baik atau diam”, hadits “Salah satu pertanda kebaikan Islam seseorang, jika ia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya”, hadits “Janganlah engkau marah”, dan hadits “Seorang mu’min mencintai kebaikan untuk saudaranya, sebagaimana ia mencintai kebaikan tersebut bagi dirinya sendiri” (Jami’ al-Ulum wa Al-Hikam, hal 208).
Penjelasan Tentang Hadits Ini:
« مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ »
“Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang; jika dia meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat baginya.”
“Min husni islamil mar’i” i’rabnya adalah khabar yang didahulukan. Sedangkan “Tarku” adalah mubtada’ yang diakhirkan (Syarah al-Arba’in an-Nawawiyah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, hal 181)
Huruf min dalam hadits ini jenisnya tab’idhiyyah (sebagian). Jadi makna hadits ini adalah: meninggalkan perkara-perkara yang tidak bermanfaat, merupakan sebagian dari hal-hal yang bisa mendatangkan baiknya keislaman seseorang (Jami’ al-’Ulum, hal  208)
Kapankah keislaman seseorang dianggap baik? Para ulama berbeda pendapat:
1. Sebagian memandang bahwa kebaikan Islam seseorang dicapai dengan mengerjakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi larangan-larangan. Dan ini adalah tingkatan golongan yang pertengahan, yang disitir oleh Allah ta’ala dalam firman-Nya,
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِيْنَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللهِ
“Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.” (QS. Fathir: 32)
Orang yang baik keislamannya adalah golongan pertengahan yang mengerjakan kewajiban-kewajiban dan sebagian yang sunah, serta meninggalkan semua hal-hal yang diharamkan.
2. Pendapat kedua mengatakan: Kebaikan Islam seseorang artinya: jika ia telah mencapai tingkatan ihsan yang disebutkan dalam hadits,
قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ الإِحْسَانِ, قَالَ: «أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ, فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ»
Jibril bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Apakah ihsan itu?” Beliau menjawab: “Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Seandainya engkau tidak mampu, ketahuilah bahwasanya Dia itu melihatmu.” (HR. Muslim no: 93)
3. Pendapat ketiga memandang bahwa kebaikan keislaman itu bertingkat-tingkat, masing-masing orang berbeda-beda tingkatannya. Besarnya pahala dan keutamaan seseorang tergantung tingkatan kebaikan keislaman dia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« إِذَا أَحْسَنَ أَحَدُكُمْ إِسْلاَمَهُ فَكُلُّ حَسَنَةٍ يَعْمَلُهَا تُكْتَبُ لَهُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ »
“Jika Islam salah seorang dari kalian baik, maka setiap amal kebaikan yang ia lakukan akan dicatat (pahalanya) sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat.” (HR. Bukhari no: 42)
Keterangan para ulama ahli penelitian (tahqiq) mengatakan bahwa kebaikan keislaman itu bertingkat-tingkat, tidak hanya satu level saja (menguatkan pendapat ketiga).
Hal lain yang perlu dikemukakan di sini adalah bahwasanya agama Islam telah menghimpun segala macam bentuk kebaikan. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’dy dalam hal ini telah mengarang bukunya: “Mahasin al-Islam” (Keindahan-keindahan Agama Islam), demikian pula Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad bin Salman mempunyai tulisan tentang pembahasan ini. Dan perlu diketahui bahwa seluruh kebaikan ajaran Islam telah terhimpun dalam dua kata yang disebutkan Allah dalam surat An Nahl ayat 90:
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kalian) berlaku adil dan berbuat kebajikan.” (QS. An-Nahl: 90) (Syarah al-Arba’in an-Nawawiyah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, hal 158)
Al-’Inayah secara etimologi berarti: perhatian yang sangat terhadap sesuatu, atau suatu hal penting yang diperhatikan. Jadi maksud dari “maa laa ya’niih” adalah sesuatu yang tidak bermanfaat bagi pemerhatinya dan tidak ada maslahat baginya (Syarh al-Arba’in an-Nawawiyah, oleh Syaikh Shalih Alu Syaikh,  hal: 78)
Sesuatu yang tidak bermanfaat bagi seorang muslim, bisa berbentuk perkataan bisa juga berbentuk perbuatan. Jadi setiap perkataan dan perbuatan yang tidak ada manfaatnya baik itu untuk kepentingan ukhrawi seorang muslim ataupun untuk kepentingan duniawinya, seharusnya dia tinggalkan agar keislamannya menjadi baik (Lihat: Syarh al-Arba’in Haditsan an-Nawawiyah, oleh Imam Nawawi hal: 40)
Bagaimana kita bisa mengetahui apakah sesuatu itu termasuk bermanfaat bagi kita atau tidak? Apakah standar dan patokan yang kita gunakan untuk menentukan suatu perbuatan itu termasuk bermanfaat bagi seorang muslim atau tidak?
Ketahuilah bahwa standar yang harus kita gunakan dalam masalah ini adalah syariat dan bukan hawa nafsu. Mengapa? Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan “meninggalkan suatu hal yang tidak bermanfaat” sebagai tanda dari kebaikan keislaman seseorang. Ini menunjukkan bahwa patokan yang harus  kita gunakan dalam menilai bermanfaat tidaknya suatu perbuatan adalah syariat Islam. Hal ini perlu ditekankan karena banyak orang yang salah paham dalam memahami hadits ini, sehingga dia meninggalkan hal-hal yang diwajibkan syariat atau disunahkan, dengan alasan bahwa hal-hal itu tidak bermanfaat baginya (Qawa’id wa Fawaid min al-Arba’in an-Nawawiyah, oleh Nadzim Sulthan, hal: 123, dan Bahjah an- Nadzirin Syarh Riyadh ash-Shalihin, oleh Salim al-Hilaly I/142). Insya Allah di akhir penjelasan hadits akan kita bawakan contoh dari kesalahpahaman tersebut.
Adapun sekarang, maka terlebih dahulu akan kita datangkan contoh hal-hal yang tidak bermanfaat bagi seorang muslim, antara lain:
1. Maksiat atau hal-hal yang diharamkan oleh Allah ta’ala. Dan ini hukumnya wajib untuk ditinggalkan oleh setiap manusia (Bahjah al-Qulub al-Abrar wa Qurrat ‘Uyun al-Akhbar fi Syarh Jawami’ al-Akhbar, oleh Syaikh Abdurrahman as-Sa’dy, hal: 137). Karena dia bukan hanya tidak bermanfaat, tapi juga membahayakan diri sendiri, baik di dunia maupun di akhirat. Di antara bahaya yang ditimbulkan maksiat di dunia adalah: mengerasnya hati dan menghitam, hingga cahaya yang ada di dalamnya padam. Akibatnya, dia pun menjadi buta jadi tidak bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil (Lihat: Badai’ at-Tafsir al-Jami’ li Tafsiri Ibn al-Qayyim, oleh Yusri as-Sayyid Muhammad, V/153-155, dan Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, oleh Syaikh Abdurrahman as-Sa’dy, hal 916). Akibat buruk ini telah dijelaskan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam,
« إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيْئَةً نُكْتَتُ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةً سَوْدَاءَ, فَإِنْ هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ صَقلَ قَلْبُهُ, وَإِنْ زَادَ زِيْدَ فِيْهَا حَتَّى تَعْلُو قَلْبُهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللهُ كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوْبِهِمْ مَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ.»
“Jika seorang hamba berbuat sebuah dosa, maka akan ditorehkan sebuah noktah hitam di dalam hatinya. Tapi jika ia meninggalkannya dan beristigfar niscaya hatinya akan dibersihkan dari noktah hitam itu. Sebaliknya jika ia terus berbuat dosa, noktah-noktah hitam akan terus bertambah hingga menutup hatinya. Itulah dinding penutup yang Allah sebutkan dalam ayat (Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka kerjakan itu menutup hati mereka)” (QS.al-Muthaffifin: 14) (HR Tirmidzi dan Ibn Majah serta dihasankan oleh Syaikh Al Albani). Adapun di akhirat, maka orang yang gemar berbuat maksiat, diancam oleh Allah untuk dimasukkan ke dalam neraka, na’udzubillah min dzalik.
2. Hal-hal yang dimakruhkan dalam agama kita, juga berlebih-lebihan dalam mengerjakan hal-hal yang diperbolehkan agama, yang sama sekali tidak mengandung manfaat, malah justru terkadang menghalangi seseorang dari berbuat amal kebajikan (Bahjah al-Qulub al-Abrar, hal: 137, lihat pula: Syarh al-Arbain oleh Syaikh Shalih Alu Syaikh, hal: 80). Di antara yang harus mendapat porsi terbesar dari perhatian kita adalah masalah lisan. Imam an-Nawawi menasihatkan, “Ketahuilah, seyogianya setiap muslim berusaha untuk selalu menjaga lisannya dari segala macam bentuk ucapan, kecuali ucapan yang mengandung maslahat. Jikalau dalam suatu ucapan, maslahat untuk mengucapkannya dan maslahat untuk meninggalkannya adalah sebanding, maka yang disunnahkan adalah meninggalkan ucapan tersebut. Sebab perkataan yang diperbolehkan terkadang membawa kepada perkataan yang diharamkan atau yang dimakruhkan. Dan hal itu sering sekali terjadi. Padahal keselamatan (dari hal-hal yang diharamkan atau dimakruhkan) adalah sebuah (mutiara) yang tidak ternilai harganya.” (Riyadh ash-Shalihin, hal: 483)
Pengalaman membuktikan bahwa perkataan yang baik, indah dan yang telah dipertimbangkan secara bijak, atau mencukupkan diri dengan diam, akan mendatangkan kewibawaan dan kedudukan dalam kepribadian seorang muslim. Sebaliknya, banyak bicara dan gemar ikut campur perkara yang tidak bermanfaat, akan menodai kepribadian seorang muslim, mengurangi kewibawaan dan menjatuhkan kedudukannya di mata orang lain (Qawa’id wa Fawaid, hal: 123)
Imam Ibnu Hibban berpetuah, “Orang yang berakal seharusnya lebih banyak mempergunakan kedua telinganya daripada mulutnya. Dia perlu menyadari bahwa dia diberi telinga dua buah, sedangkan diberi mulut hanya satu; adalah supaya dia lebih banyak mendengar daripada berbicara. Sering kali seseorang menyesal di kemudian hari akibat perkataan yang ia ucapkan, sementara diamnya dia tidak akan pernah membawa penyesalan. (Perlu diketahui pula) bahwa menarik diri dari perkataan yang belum diucapkan adalah lebih mudah daripada mencabut perkataan yang telah terlanjur diucapkan. Karena biasanya jika seseorang tengah berbicara, maka kata-katanyalah yang akan menguasai dirinya, sebaliknya jika tidak berbicara, maka ia mampu untuk mengontrol kata-katanya (Raudhah al-’Uqala wa Nuzhah al-Fudhala, hal: 45, dinukil dari Rifqan Ahl as-Sunnah bi Ahl as-Sunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir dan Hajr, oleh Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad hafidzhahullah, hal 31)
Banyak orang meremehkan perkataan-perkataan yang terlepas dari lisannya, serta tidak mempedulikan dampak baik buruknya. Padahal jauh-jauh hari Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan,
« إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيْهَا , يَهْوِي بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدُ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ »
“Seringkali seorang hamba mengucapkan suatu perkataan yang tidak ia pikirkan dampaknya, padahal ternyata perkataan itu akan menjerumuskannya ke neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat” ( HR. Bukhari, no: 6477, dan Muslim, no: 7407

Saturday, March 6, 2010

kenapa dia tak paham??!!

dia: shinju tutup p1 ke?
shinju: tak la ade problem ckit.(outer2 profile internet) tgh buat ape?
dia:...(masih berdiri di situ melihat perlakuan shinju)...tgh buka facebook
shinju: (rasa xbest dan segera reply message murabiah yang baru sat tadi dia sent..)
dia:( mungkin rasa kurang senang ngan respon shinju yg acuh tak acuh..dan terus berlalu keluar dari petak bilik    shinju)
shinju: tutup pintu dan kunci..xmau diganggu. rumate pun tgh tido..tak suke kacau org tido..
tiba2..
"tok, tok, tok, tok!! shinju, shinju..
shinju: (masih betulkan setting internet...) ye ye jap jap.. pintu lalu di bukak
dia: (sambil hulur 30sen)shinju kalau tak nak bagi org sewa p1 shinju shinju xyah bagi!
wah! berdesing dan bagai nak luruh jantung ni dengar dia cakap camtu!
kalau la dia tau kenapa shinju main connect reconnect p1 tu.. tak pe hanya Allah yang tahu.. dan aku tetap berharap satu hari nanti kau akan faham maksud tersirat perbuatanku itu.. walau ape pun aku tetap mencintaimu kerana Allah. ku harap satu hari Dia akan membuka hatimu untuk mengerti segala yang terjadi. betapa sebenarnya aku benci f....

Saturday, February 27, 2010

RAHSIA KEADILAN


Suatu hari seseorang mengusulkan kepada Umar bin Abdul Aziz, agar didirikan pagar yang tinggi demi keamanan. Umar bin Abdul Aziz menjawab: “Bangunlah keadilan kau akan merasa aman. Sebab dengan bersikap demikian, seorang pemimpin telah memberikan hak-hak rakyatnya secara benar dan adil. Bila rakyat mendapatkan haknya maka automatik kejahatan tidak ada. Bila kejahatan tidak ada maka akan tercapai rasa aman.”
Kisah ini mengingatkan kepada Umar bin Khatthab ketika menjadi khalifah. Umar sangat terkenal dengan keadilannya. Umar pernah berkata suatu hari: ”Lain nimtunnahaar dhayya’tur ra’iyyah, wa lain nimtullail dhayya’tu nafsii (jika aku tidur di siang hari aku telah mengkhianati rakyatku, dan jika aku tidur di malam hari, aku telah mengkhianati diriku sendiri”).
Umar selama manjadi khalifah tidak sempat enak tidur siang mahupun malam. Setiap saat selalu bersama rakyatnya. Bukan hanya dari wilayah ke wilayah tetapi bahkan dari rumah ke rumah. Umar setiap hari membantu terus para janda yang tidak mampu berbelanja ke pasar. Di malam hari Umar masih menyempatkan diri membantu para jumpo dengan menyediakan makan untuk mereka. Kerananya Umar merasa aman. Di mana saja ia boleh istirehat. Suatu hari Umar ditemukan tidur berbaring di bawah pohon. Pada saat itu sedang datang utusan dari kerajaan Romawi. Para utusan itu terkejut ketika mereka menemui Umar yang begitu sederhana. Tidak seperti yang mereka bayangkan tentang seorang raja berkaliber seperti Umar. Salah seorang sahabat mengungkapkan Umar ketika dalam keadaan seperti itu: ”Umar, adalta fanimta (Umar, engkau telah berbuat adil, maka engkau enak tidur di mana-mana”).
Benar keadilan adalah dasar sebuah kepemimpinan. Dalam Al-Qur’an Allah memerintahkan: ”I’diluu huwa aqrabu littaqwa (berbuatlah adil sesungguhnya ia lebih dekat kepada ketakwaan”). Al-Maidah:8
Perhatikan ayat ini betapa Allah swt. memerintahkan agar kita berbuat adil. Lalu Allah memberikan alasan bahawa dengan berbuat adil seseorang akan mendapatkan level takwa. Dari sini kita belajar bahawa tidak akan bertakwa seorang yang berlaku zalim. Sebab para pelaku kezaliman akan selalu bergelimang dosa dan harta haram. Maka dengan kezalimannya seseorang akan semakin jauh dari Allah. Sungguh tidak mungkin bertakwa seorang yang jauh dari Allah swt.
Perlu digaris juga bahawa kata i’diluu dalam ayat tersebut berupa perintah. Dan dalam kaedah pada dasarnya perintah itu bererti wajib. Dengan demikian bertindak adil adalah kewajipan, lebih-lebih bagi seorang pemimpin.
Dalam sebuah hadis Rasulullah saw. menceritakan bahawa kelak di hari Kiamat di padang mahsyar, di saat manusia di bawah terik yang tak terhingga, lebih dari itu tidak ada sedikitpun rendang seperti yang diceritakan Rasulullah saw.: ”Yawma laa dzilla illaa dzilluhu (tidak tempat berteduh sama sekali kecuali keteduhan dari Allah swt), ada sekelompok manusia pada saat itu mendapat perlindungan khusus dari Allah, di antaranya –kata Rasulullah saw- al imaamul ’aadil (pemimpin yang adil). Dari sini sudah jelas bahawa berbuat adil bagi seorang pemimpin adalah kenikmatan yang sangat menguntungkan, bukan saja di dunia melainkan lebih dari itu di akhirat.
Kini bila kita perhatikan, justru kezaliman banyak kita temukan dalam kepemimpinan umat Islam. Pelbagai bukti korupsi atau kediktatoran sangat mencolok dilakukan oleh para pemimpin yang justru mengaku diri sebagi seorang muslim. Kerananya kestabilan politik selalu tidak tercapai.
Sampai bila umat ini akan terus tercekam dalam kezaliman yang dilakukannya sendiri?.
Sampai bila Islam yang kita yakini hanya akan menjadi ibadah ritual yang mati di masjid, sementara di pejabat-pejabat, di pasar-pasar dan bahkan di lembaga-lembaga pemerintahan tidak ada Islam?.
Bukankah sudah saatnya Umat ini kembali kepada komitmen semula. Komitmen untuk menjalankan Islam secara kaaffah, seperti yang Allah firmankan: udkhuluu fissilmi kaaffah. (QS. Al baqarah : 208). Ingat bahawa nilai-nilai Islam sejak dini telah dipraktikkan di barat, sekalipun mereka tidak mahu menyebut itu Islam. Dan kerana itu mereka maju. Sungguh Islam adalah fitrah. Dan berislam ertinya berbuat adil. Maka dengan berbuat adil seorang pemimpin akan aman, seluruh rakyat akan sejahtera dan sebuah negeri akan kukuuh. Wallahu ’alam bishshawab.

Saturday, February 20, 2010

ketika cinta bertasbih..lalu aku??

awwalul kalam abda'u bi bismillahirahmanirahim..
Alhamdulillah Allah memberi kekuatan dan idea utk shinju terus menari-narikan jemari ini di atas keyboard usang laptop toshiba biru ini..Hampir tandus idea utk terus menulis namun ilham dariNya yg terlintas terus menyuntik kekuatan buat shinju utk berkongsi ibrah dari filem Ketika cinta Bertasbih 2 karya kang abib yg sgt ku kagumi karyanya.yang menjadi pennerus tarbiah dalam hidupku yg menambahkan keinginan ku utk terus menyelami lagi nikmatnya hidup dalam lingkungan islam yg sebenar..susunan perencanaan Allah amat cantik buat hamba-hambaNya..namun di kala ini bukan bicara itu yg menjadi tumpuan shinju utk terus menarikan jemari ini..lets talk about the film..ibrah yg shinju dapat pertamanya, tentang khaerul azzam.seorg yg sgt gigih berusaha dan sgt sabar dalam menghadapi ujian dari Dia. bygkan je la semua gadis yg dikhitbah tidak menjadi pasangannya. bila sama2 dah berkenan ada pula rintangan lain yg menghalang..belum jodoh kali..yg paling shinju dapat detect dalam filem ni adalah kang abib mengingatkan shinju pada satu hadis rasulullah yg maksudnya, seseorang wanita itu dikahwini atas 4perkara:kerana hartanya,keturunannya, kecantikannya dan agamanya.maka dapatkanlah yg beragama nescaya berkatlah tanganmu(hidupmu) -HR bukhari dan muslim-
kalau tgk hadis ni yg first kriteria calon isteri adalah hartanya..dalam filem ni, ank pak Jazuli, Milatul ulya, vivi sendiri semuanya boleh kata berada..paling nampak kaya sekali ank pak Jazuli rumahnya besar,ada guard, kereta lebih 5!!! (fuh............!!bahagia hidup pak Jazuli tu..) tapi azam xde pula membatalkan niatnya utk lamar ank pak Jazuli tu. langkah mantap diatur ke dalam rumah agam tu dan bicara mula disusun utk menyatakan hasrat kedatangannya tanpa rasa rendah diri. kebanyakan org akan rasa rendah diri dgn perbezaan taraf hidup biarpun azam bukan la miskin pun tapi kalau nak compare life dia dgn pak Jazuli tu mmg macam langit dgn bumi la...
ibrah kedua..shinju tersentuh sangat part ni first time tgk nangis sungguh2 sampai terkantoi ngn mutarabbi yg tiba2 singgah ke petak bilik utk ambil soft copy Geng Pengembaraan bermula!!(lupa nak kunci pintu) malu dibuatnya bila mutarabbi kata, "eh shinju ko nangis ke?! ya Allah tak penah aku tgk ko camni.." diselangi dgn tawa nakalnya..(potong mood ar budak ni tgh feeling cbuk plak dia!)..scene ibu azam meninggal..touching sangaaaaaaaaatt!! ibrah yg dapat diambil, sangat beruntung azam sebab ibu dia pergi dikala dia telah memenuhi segala harapan dan permintaan ibu tercinta.. kalau tgk sepanjang cite ni azam memang seorang anak yg taat pada ibunya..bila disuruh berhenti keje courier ye dia berhenti utk jaga hati ibu sedangkan kerjayanya baru bermula dan kalau diberi sedikit masa lagi dia pasti jadi businessman yg terkenal sebab dia mmg seorg yg sgt gigih dan bersungguh-sungguh dalam setiap pekejaannya. kemudian ttg rina, kawan husna yg azam sendiri dah tgk orgnya dan berkenan pun dgnnya tapi siibu pila yg x berkenan..hmm diturutkan jua kehendak ibu utk tidak memilih rina sebagai pasangannya. dan diakhir hayat bu ea tercinta, dia meminta azam utk menghantarnya berjumpa kiyai lutfi..walaupun berat azam mahu memenuhi prmintaan tersebut kerana hujan pada waktu itu namun ibunya yg begitu teruja tetap bertegas utk berjumpa kiyai lutfi membuatkannya akur dan ditempuh juga hujan itu dgn menaiki motor. walaupun diakhirnya, azam tidak berhasil memurnikan hasrat bu ea yg mahu tauziah diberi oleh kiyai lutfi, namun sedayanya segala kemahuan bu ea telah dipenuhi.. bu ea pergi dikala azam sendiri bagi shinju telah menyempurnakan tanggungjawabnya sebagai anak dgn baik..lantas shinju teringat ibu dirumah..jgn kata satu dua permintaannya shinju tak tunaikan tapi rasanya semua yg dia mahu shinju tak nak buat sebab shinju sendir yg selfish dan overpampered kemahuan shinju sahaja mesti dituruti kemahuan mereka shinju pandang enteng..huhuhu mummy, ayah shinju minta maaf.....shinju sedang memperbaiki diri..
ibrah ke3, sewaktu ana dan furqon di hotel. sewaktu ana minta cerai, disitu nampak hikmahnya mengapa kuasa talak itu ditangan suami bkn isteri. keadaan agak tegang keduanya saling kecewa dgn sesama mereka.ana yg marah waktu itu lantas meminta cerai dan tidak bersimpati sikit pun pada furqon.(org tgh marah..)tapi furqon dgn tenang cuba kawal keadaan dan sebolehnya minta agar bisa ada jalan lain selain penceraian. nah! nampak lelaki mmg tenang dan cermat tidak sewenangnya dilafazkan cerai. cuba kalau talak tu kat tgn isteri? bape kali kena rujuk agaknya..asal marah je cerai, dah ok rujuk balik..hmmm..ibrah seterusnya pada scene yg sama, betul la kata ustaz mahyudin sarip tempoh hari bahawa lelaki ni penyabar..kalau tgk pada scene ni fuqon bebaskan ana tanpa dia murnikan syarat yg pada awalnya dia minta agar dipenuhi. tenang je dia lepaskan ana."aku nikahi kamu dgn baik2 dan aku lepaskan kamu dgn baik2 juga" ..(tapi kalau ini sekadar lakonan, tarik balik la pembenaran kata2 ustaz mahyudin tu..) ibrah seterusnya yg saya kira terakhir, pada scene elliana mula berjilbab dgn iringan lagu yg sgt pas dgn situasi tu..antara baitnya..
langkah pertama ku berkaca diri apakah ku layak utk engkau..langkah kedua....
nak cite pasal langkah pertama dalam lagu ya habibi ni. waktu tu elliana mmg sedang berkaca diri(tgk cermin) sambil mencuba beberapa helai jilbab.. manusia fitrahnya ingin disayangi dan itulah yg melanda elliana. perasaan cinta pada azam hendak dimurnikan dgn mencuba utk menjadi pasangan hidup azam. dan lngkah pertama adalah nilai diri adakah dia pantas utk azam?seorang lulusan al azhar university, sangat taat pada agama, sangat alim ttg agama dan bergelar ustaz(waktu ajar kitab al-hikam)..lalu dia seorg artis dgn kehidupan sosial dan klimaksnya tidak berjilbab apa pantas utk azam? kan janji Allah perempuan2 yg baik utk laki2 yg baik dan laki2 yg baik utk permpuan2 yg baik pula. (24:26) so kalau nak pasangan kita yg baik kita dulu kena jadi baik..macamtu la percaturannya..ok shinju dah penat and tak habis study lagi ni..mggu dpn test2..aja aja fighting shinju!! bila dah berusaha sempurnakan dgn tawakal yg total..jgn fikir dah usaha tara mana(kita dah usaha sehabis baik sebelumnya)..semuanya kita serah pada Allah dialah yg maha tahu ape yg terbaik utk kita..

Saturday, February 6, 2010

Allah

isu kalimah Allah yang sekarang makin sunyi bicara tentangnya..ape ye keputusan akhir mahkamah?..sama2 kiata tunggu! shinju juz nak share je pendapat peribadi shinju berdasarkan kajian yg taklah banyak sangat..pada pendapat shinju, boleh je org bukan islam utk guna nama Allah yg dirujuk sebagai tuhan...sebab apa? sebab dalam al fatihah sendiri  dalam ayat kedua dan dalam beberapa lagi surah lain banyak yg menyebut tentang Allah adalah tuhan sekalian alam. nak petik surah (2:139) maksudnya,[ katakanlah (muhammad), apakah kamu hendak berdebat dengan kami tentang Allah sedangkan Dia adalah tuhan kami dan tuhan kamu. bagi kami amalan kami bagi kamu amalan kamu, dan hanya kepadaNya kami dengan tulus mengabdikan diri.] rasulullah pun dah kata Allah tuhan mereka. memag Allah tuhan sekalian alam kan.. dan kita umat islam mengimani tiada tuhan yg berhak disembah selain Allah dan tiada sekutu baginya... isu penggunaan nama Allah  dikalangan non muslim ni sepatutnya bukanlah satu masalah yg besar sampai perlu ada kes pembakaran gereja di sekitar selangor tempoh hari yg mana secara tak langsung mencemari imej dan kesucian islam tu sendiri..saya pun turut mengutuk perbuatan ni kerana ianya mme perlakuan yg tak professional dan rasional langsung. apalah salhnya kita berlapang dada je kerana mereka bukannya menghina Allah. bukankah ini satu perkara yg dapat trigged all non muslim utk kenal Allah sebagaimana kita kenal. sama2 kita doakan sebab yg beri hidayah tu Allah. hidayah bukan di tangan kita, yg kita mampu cuma jadi penyebab hidayah je.ketuk pintu hati diorang. sama ada hidayah nak masuk atau tidak itu urusan Allah. kita hanya mampu doa yg terbaik buat mereka. dan sesungguhnya Allah maha tahu apa yg terbaik buat kita dan mereka... nak kongsi artikel ni tentang org kristian yg sungguh2 pertahankan nak guna perkataan Allah dalam akhbar mereka klik disini ada benarnyakan? memang zaman arab kuno dulu pun mereka guna perkataan Allah juga yg merujuk kepada tuhan. tapi di sini shinju cuma nak ingatkan je la yg hati2 la dgn isu macam ni kerana kalau menurut ikim klik dini menurut artikel tu hakikat mesti sama maksudnya kita faham hakikat yg Allah adalah satu yg tiada sekutu yg menguasai sekalian alam yg tak memerlukan hambanya bahkan hambanyalah yg memerlukannya. begitulah seharusnya difahami oleh org kristian jika mereka mahu menggunakan perkataan Allah. bagus juga kalau kita ambil pendapat ni yg lebih syadid kerana maslahtnya buat islam juga dan nampak islam bukan sesautu yg boleh boleh dipermainkan dan di peringankan tanpa merujuk mana2 dalil2 qat'ie.. shinju rasa disini peranan para da'ie khasnya pertubuhan2 yg diiktiraf utk lebih gencar menyebar risalah dakwah ni kepada non muslim khususnya kristian sepertimana org2 islam mekah yg berdakwah kepada Raja Najasyi ketika hijrah mereka ke habsyah.

Followers